LULUS
Setelah itu, akan ada arak-arakan para wisudawan dari Gedung Auditorium sampai
ke Gedung Jurusan masing-masing. Bukankah gambaran itu tidak cukup mewakili
seluruh isi rangkaian acara wisuda yang megah itu. Itulah yang saya dapat dari
mengamati acara wisuda para kakak tingkat dari luar Gedung Auditorium.
Sekian dari
bayangan acara wisuda yang dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya. Kembali ke
fakta yang saya terima sekarang, saya lulus tanpa acara wisuda hanya yudisium
online. Yudisium yang saya hadiri dengan cara daring dilaksanakan oleh
fakultas, berlangsung dengan khidmat. Satu per-satu nama mahasiswa akan
dipanggil, tiba nama saya dipanggil setelah itu selesai. Padahal saya sempat berharap bahwa bulan
agustus akan ada acara wisuda yang megah itu, lalu muncul surat resmi dari
rektorat yang menyatakan wisuda tidak bisa dilaksanakan pada bulan agustus.
Saya gak tau
kapan acara wisuda akan terjadi. Siapa yang pernah dengar kalimat ini “ tidak
tau kapan terjadi dan belum ditentukan kapan terjadi?”. Kalimat ini sempat
menjadi jurus pamungkas pada kondisi saat ini. Tidak memberi penjelasan apapun,
seolah seperti berkata “ kau tunggulah sampai pohon jambu dapat berbuah
kelengkeng”.
Lulus tanpa
predikat pujian itu cukup membahagiakan bagi saya, karena beratnya kata
“pujian” tidak sebanding dengan usaha yang saya lakukan selama kuliah. Jelas saya
hanya mahasiswa biasa yang punya target hanya lulus. Itu adalah target yang
sangat tinggi untuk saya ketika menjalani seluruh semester dengan harap cemas.
Ralat hanya semester 1 sampai 4 saya bisa merasa aman dan tentram.
Ketika kuliah, saya
bersyukur sudah pernah berpartisipasi menjadi panitia di beberapa kegiatan. Seperti
panitia acara kontes Islami yang merupakan salah satu acara dalam Gebyar
Elektro Sriwijaya tahun 2017 dan 2019. Pernah ikut lomba Poster SNEPCO 2019 dan
menjadi peserta Seminar Nasional AVOER 2019.
Lulus pada
semester 8 juga merupakan pencapaian yang bagus bagi saya. Karena kalo sampai
lewat semester 8 dan harus menjalani semester selanjutnya, saya gak tau gimana
bayar kos, biaya makan, dan yang paling horor buat saya adalah bayar ukt. Beasiswa
bidikmisi adalah jalan utama saya supaya bisa kuliah.
Lulus dari
Universitas Sriwijaya kemudian pulang kerumah orang tua. Mencoba lagi untuk
berbakti kepada orang tua. Hidup 4 tahun sendiri di kosan ketika menempuh
pendidikan sangat membuat saya terlena. Tidak ada lagi semangat ketika di suruh
ibu ke warung untuk beli gula dan telor. Tidak sampai hati mulut ini dapat
berkata “ bu minta uang jajan”.
Lulus menjadi
sarjana teknik, lunas tugasku sebagai mahasiswa kini tak ada lagi predikat yang
bisa saya katakan ketika mengobrol dengan orang lain. Tidak bisa lagi saya isi kolom
pekerjaan sebagai mahasiswa. Kini sudah jelas dan terang identitas saya menjadi
seorang pengangguran, sekonyong-konyong terjadi dan mesti saya alami.
Saya sudah
lulus...
Komentar
Posting Komentar