Tarik Tunai



    Suatu hari saya pergi ke mesin atm. Seperti biasa, menarik uang dari rekening  yang diisi oleh orang tua setiap bulan sebagai bekal hidup.  Kemudian saya mengantre di sebuah mesin ATM. Tak ada masalah sebelumnya ketika seseorang didepan saya menarik tunai  di mesin ATM itu. Waktu tiba giliran saya untuk menggunakan mesin atm itu, saya masukkan kartu atm mulai memasukkan password atm dan langsung menuju ke pilihan menarik tunai. Beberapa lembar uang  keluar dari mesin atm, saya memijit tombol cancel setelah tarik tunai. Seharusnya kartu ATM akan otomatis keluar, saya mulai panik. Saya coba kembali untuk kesekian kali memijit tombol cancel tak kunjung keluar juga kartu atm. Orang dibelakang saya mulai berdeham isyarat supaya saya cepat menyudahi urusan di depan mesin atm itu. Saya mengambil inisiatif mengambil gambar nomor atm itu lalu mengadu kepada satpam.

    Mungkin sudah kesekian kalinya nasabah mengadu bahwa kartu atmnya tertelan di mesin atm itu. Tanpa mendengarkan keluhan saya, pak satpam menjawab dengan lancar prosedur pembuatan kartu atm baru jika kartu atm tertelan di mesin atm. Mulai timbul perasaan aneh yang menggelitik ulu hati saya dengan konstan ketika pak satpam memberikan penjelasan tetapi menunjukkan sikap tak acuh terhadap kesusahan yang baru saya alami. Saya tutup pembicaraan itu dengan mengucapkan “Terimakasih banyak, pak”  lalu saya pulang.

    Keesokan pagi, tidak terlalu pagi pukul 09.00 WIB saya lihat antrean pengambilan no urut pelayanan customer service bank itu sudah terjejer panjang beberapa orang di depan pintu kantor bank. Saya ikut mengantre. Pak satpam dengan sigap langsung memberi kertas no urut untuk pelayanan bank kepada setiap orang yang mengantre. Saya mendapat no urut 0035, Pak Satpam menyampaikan harap diperhatikan no urut yang telah diterima karena  akan di panggil sesuai urutan oleh pak satpam. Saya turuti perintah pak satpam  kemudian menunggu sampai no urutan saya dipanggil oleh pak satpam.

    Saya lihat layar handphone untuk melihat jam. Sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB, tapi pak satpam baru memanggil orang dengan no urut 0010 supaya masuk kedalam kantor bank untuk menyelesaikan urursannya. Lalu pak satpam menyebutkan bahwa pukul 15.00 WIB kantor bank akan tutup dan diharapkan yang belum mendapat giliran agar mengantre kembali di esok hari. Pukul 14.30 tak kunjung sampai giliran saya untuk masuk ke dalam kantor bank. Pak satpam memanggil kembali no urut 0022 untuk masuk ke dalam kantor bank. Pukul 15.00 tepat pak satpam mulai mengunci pintu kantor bank.

    Saya langsung bertanya kepada satpam mengapa di beri nomor antrean yang melebihi jumlah kemampuan petugas bank dalam melayani urusan nasabah? Enteng pak satpam menjawab “ saya hanya bertugas memberi nomor antrean, saya tidak tahu berapa lama masing-masing nasabah dapat menyelesaikan urusannya di dalam kantor. Faktanya kawan telah lunas 3 hari berturut-turut saya mengantre dan persis sama kejadiannya yang kualami seperti hari pertama mengantre. Namun, dihari ketiga  mulai  terdengar gemeretak bunyi gigi geraham saya ketika berjalan untuk pulang.

    Keesokan pagi, sangat pagi pukul 06.30 sudah berdiri tegak saya didepan pintu kantor bank yang masih terkunci. Pak satpam yang berjaga malam memberi tahu bahwa kantor bank baru buka pukul 09.00 WIB saya jawab seadanya dan kembali menghadap pintu kantor bank yang masih terkunci. Tak berubah sejengkal pun, saya berdiri tegap di depan pintu kantor bank, ketika waktu menunjukkan pukul 09.00 tidak saya hiraukan pula pak satpam yang mengatur barisan antrean supaya rapi. Saya masih di tempat semula ketika menerima nomor urut antrean masuk ke kantor bank. Tidak tahu mengapa dan saya mulai mengepal tinju saat pak satpam dengan sengaja memberikan nomor urut 0002 kepada  saya. 

    Tidak kuhiraukan saat pak satpam memanggil nomor urut 0001 untuk masuk ke dalam kantor bank, padahal saya tetap tegak di depan pintu. Orang dengan nomor urut 0001 permisi kepada saya untuk masuk ke dalam kantor bank. Padahal pak satpam tahu bahwa saya yang memegang nomor urut 0002 ada persis disebelahnya. Masih seperti biasa, ia melaksanakan tugasnya untuk tetap memanggil nomor urut antrean. Dalam pikiran saya ingin sekali meninju pak satpam disebelah saya. Namun, ketika pak satpam memanggil nomor urut 0002 saya langsung masuk ke dalam kantor bank dengan sendiri dan langsung duduk di kursi depan petugas bank. Butuh waktu 30 menit untuk membuat kartu atm yang baru kemudian selesailah urusan saya.

    Saya berjalan keluar kantor bank. Kemudian segera ke mesin atm untuk mencoba kartu atm yang baru. Tidak ingin berlama-lama di depan kantor bank, saya langsung berjalan menuju ke area parkir mengambil motor dan pulang ke kosan.

    Pukul 14.30 kusambangi lagi kantor bank itu. Saya ingin pastikan apakah benar jika kantor bank itu hanya melayani 22 orang untuk setiap urusan ke customer service. Saya lihat dari kejauhan lalu mendengar  pak satpam kembali memanggil nomor urut terakhir orang yang dapat masuk ke dalam kantor bank untuk menyelesaikan urusannya. Pak satpam kembali menyebutkan nomor urut 0022 untuk kesekian kalinya. Saya pun tersenyum, kemudian menyalakan motor lalu pulang ke kosan.

*gambar diatas hanya pemanis tampilan 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teman dan Sapu Lidi

Membaca kuy